WICARA KELISANAN DALAM TRADISI BALI PERSPEKTIF SEMIOTIKA KOMUNIKASI
Keywords:
Wicara Kelisanan, Tradisi BaliAbstract
Ungkapan tradisi lisan yang dijumpai di Bali khususnya terkait dengan perkawinan masih berkembang pada masyarakat tutur khususnya penutur Bahasa Bali yang dalam penyampaiannya dilandasi oleh mitos. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat keliru memaknainya. Ungkapan tradisi lisan yang dibahas yakni “De nganten nuju kuningan, nyanan care Jayaprana!” (Jangan kawin tepat hari kuningan, nanti seperti Jayaprana!), dan “Sing dadi nganten nungkak pailehe, nyanan sengsare!” (Tidak boleh kawin upacaranya tidak terselesaikan, nanti menderita!) dibedah menggunakan teori Roland Barthes tentang pemaknaan konotasi sehingga ungkapan tradisi lisan yang awalnya irasional menjadi rasional.
References
Kaelan. 2009. Filsafat Bahasa, Semiotika, dan Hermeneutika. Yogyakarta: Paradigma.
Palguna, IBM.Dharma. 2008. Leksikon Hindu. Lombok: Sadampaty Aksara.
Ratna, I Nyoman Kutha. 2013. Glosarium : 1.1250 entri Kajian Sastra, seni, dan Sosial Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotika: Paradigma, Teori, dan Metode Interpretasi Tanda dari Semiotika Struktural hingga Dekonstruksi Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia.
Suastika, I Made. 2013. Tradisi Lisan (Masatua) dan Model Pelestariannya di Bali. Denpasar: Cakra Press Bekerja sama dengan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Saraswati Tabanan, Bali Asosiasi Tradisi Lisan Indonesia (ATLI) Bali.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Cetakan kedua). Bandung: Alvabeta
Susanto, Mikke. 2012. DIKSIRUPA: Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa. Yogyakarata: DictiArt Lab.
Yudabhakti, I Made, dan I Wayan Watra. 2007. Filsafat Seni Sakral dan Kebudayaan Bali. Surabaya: Paramitha.
Zaimar, Okke Kusuma Sumantri. 2013. Semiotika dalam Analisis Karya Sastra. Jakarta: PT Komodo Books.