TRADISI POHAMBA-HAMBA DALAM MEMBUKA LAHAN PERTANIAN PADA MASYARAKAT KALEDUPA KABUPATEN WAKATOBI.

Authors

  • Ardin Ardin Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
  • Nas rudin Suyuti Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu oleo
  • Akhmad Marhadi Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu oleo

DOI:

https://doi.org/10.33772/kabanti.v4i1.923

Keywords:

Goto royongng, Lahan, Kegiatan Pertanian

Abstract

Tradisi pohamba-hamba merupakan kegiatan pembersihan kebun biasanya dilakukan oleh dua sampai lima orang, bahkan lebih. Kegiatan ini juga dilakukan oleh perempuan. Kegiatan pohamba-hamba biasanya dilaksanakan selama dua sampai tiga jam seharian berganti-gantian. Tradisi ini masih terus dilakukan hingga kini dengan tujuan menjalin kekerabatan dan rasa kebersamaan. Sementara itu, proses tradisi pohamba-hamba dilakukan dari musyawarah para sesama petani yang didalamnya membahas mengenai penentuan orang yang akan ikut dan penetuan waktu. Tujuan penelitian Untuk mengetahui proses pelaksanaan dan fungsi tradisi pohamba-hamba dalam membuka lahan pertaian pada masyarakat di Desa Sandi Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi. Penelitian Ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018. Penelitian ini menggunakan teori Struktural fungsionalisme dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Etnografi dengan pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Pada umumnya sebuah pekerjaan terasa ringan bila dikerjakan secara bersama-sama. Hal tersebut juga menggambarkan tradisi pohamba-hamba yang memiliki fungsi untuk mempermudah pekerjaan saat pengolahan lahan. Tradisi pohamba-hamba juga dapat diartikan sebagai hubungan resiprositas, maka secara otomatis akan terjalin sistem kekerabatan antar sesama petani. Lanjut daripada itu, dalam melakukan aktivitas pengolahan lahan, para petani menggunakan peralatan yang sederhana seperti parang, cangkul dan celurit yang dugunakan sesaui kebutuhan. Sementara itu, cara manual dengan menggunakan tangan dilakukan hanya pada saat mencabut rumput alang-alang hingga akar-akarnya, sehingga akan membutuhkan waktu lama untuk kembali tumbuh.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Aris, La ode. (2010). Kaago-ago (Ritual pemecahan penyakit dalam masyarakat muna): Kendari

Julaikha, S., & Bahri, S. (2014). Nilai-Nilai Gotong-Royong Dalam Masyarakat Petani Padi Sawah Di Desa Sungai Siput Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 1(2), 1-13.

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
ng. Alfabeta.

Ranjabar. Jacobus. (2014). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bandu

Spradley. James. (1997). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Additional Files

Published

2020-06-23

Issue

Section

Volume 4, Nomor 1, Januari - Juni 2020

How to Cite

TRADISI POHAMBA-HAMBA DALAM MEMBUKA LAHAN PERTANIAN PADA MASYARAKAT KALEDUPA KABUPATEN WAKATOBI. (2020). KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi, 4(1), 80-94. https://doi.org/10.33772/kabanti.v4i1.923

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >> 

Similar Articles

1-10 of 22

You may also start an advanced similarity search for this article.