https://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani/issue/feed LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya 2023-08-31T05:48:21+00:00 Rahmat Sewa Suraya mhat_suraya@yahoo.co.id Open Journal Systems <p>Jurnal ini berisi tentang hasil penelitian, artikel ilmiah, makalah lmiah dalam bidang kelisanan dalam bidang sastra dan budaya di Indonesia. Jurnal ini terbuka untuk para peneliti dan para penulis yang kberminat dalam kajian tradisi lisan khususnya kelisanan dalam budaya dan sastra di Indonesia.</p> https://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani/article/view/2136 TRADISI BADA KUPAT DALAM BUDAYA JAWA DI KELURAHAN PENANGGO JAYA KECAMATAN LAMBANDIA KABUPATEN KOLAKA TIMUR 2023-08-08T06:39:14+00:00 Febri Krinasnawati febrikrisnawati23@gmail.com Nurtikawati nurtikawatika@gmail.com Shinta Arjunita Saputri shinta.a.saputri@uho.ac.id Elmy Selfiana Malik elmy.selfiana@uho.ac.id <p>Tradisi <em>Bada Kupat</em> (lebaran ketupat) merupakan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Banyuwangi Jawa Timur yang bertempat tinggal di kelurahan Penanggo Jaya. Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal 7 syawal setelah hari raya Idul Fitri setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pelaksanan tradisi <em>bada kupat</em> di Kelurahan Penanggo Jaya dan makna yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi <em>bada kupat</em> di Kelurahan Penanggo Jaya. Pada penelitian ini dalam pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi (pengamatan), wawancara dan dokumentasi. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik <em>purposive sampling</em>. Data dianalisis dengan teknik sebagai berikut : penyajian data, reduksi data, verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam proses melaksanakan tradisi <em>bada kupat</em> terdiri dari (1) Tahap persiapan, pada tahap ini terdiri dari menyiapkan&nbsp; alat dan bahan melaksanakan tradisi <em>bada kupat</em>, proses pembuatan ketupat, ketupat yang dibuat ada 2 jenis yaitu ketupat bawang dan ketupat sinto (Jawa), proses pembuatan lepet makanan pendamping ketupat dan proses pembuatan sayur nangka muda (Jangan tewel). (2) Tahap pelaksanaan ater – ater, dimana pada tahap ini setelah ketupat dan makanan pendampingnya telah siap disajikan selanjutnya akan dihantarkan&nbsp; atau dibagikan kepada keluarga dan tetangga disekitar. (3) Tahap akhir, dalam tahap akhir dilaksanakan selamatan sebagai sebuah kegiatan penutup dalam pelaksanaan tradisi <em>bada kupat</em> dan melaksanakan doa bersama dan makan bersama. Dalam tradisi bada kupat mengandung makna dalam setiap tahapan pelaksanaannya yaitu mengungkapkan rasa syukur, bersedekah dan silaturahmi.</p> 2023-05-25T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya https://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani/article/view/2141 TRADISI HEPATIRANGGA PADA ORANG WANCI DI KELURAHAN PONGO KECAMATAN WANGI-WANGI KABUPATEN WAKATOBI 2023-08-08T07:28:35+00:00 Dessiria dessiriadesi@gmail.com La Niampe lniampe66@gmail.com Rahmat Sewa Suraya mhat_suraya@yahoo.co.id <p>Tradisi <em>hepatirangga</em> merupakan tradisi yang dilakukan di malam lailatul qadar atau malam ke dua pulu tujuh (27) sampai malam lebaran dimana untuk menghasilkan warna yang lebih merah. Pelaksanaan <em>hepatirangga</em> ini dilakukan malam hari agar hasilnya lebih bagus.</p> <p>Lokasi Kelurahan Pongo Kecamatan Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi. Tekni pengumpulan data dilakukan sembari mengamati secara langsung, melakukan wawancara langsung terhadap informan dan melakukan dokumentasi. Menentukan informan memerlukan metode <em>purposive sampling. </em>Analaisis data memerlukan metode deskriptif kualitatif yaitu pengumpulan data, reduksi serta penarikan kesimpulan.</p> <p>Hasilpenelitian menunjukan bahwa proses pelaksanaan tradisi <em>hepatirangga </em>terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan yaitu perlengkapan. Tujuan tahap perlengkapan sangat ditekannkan pada perlengkapan alat dan bahan yang berhubungan pada tradisi yang dilakukan. perlengkapan alat serta bahan yang dimaksud disini amat penting dan patut di penuhi saat pelaksanaan. <em>hepatirangga</em> agar tradisi ini terlaksanakan. Alat dan bahan yang di maksud disini yaitu pisau atau gunting, tali rafia, daun<em> roda</em> atau kantong plastic belender atau cobek, dan daun <em>patirangga</em>. Tahap pelaksanaan, dalam pelaksanaan tradisi <em>hepatirangga </em>dilaksanakan pada waktu malam hari. Tahap akhir yaitu setelah semua proses selesai, maka diamkan semalam dan dibuka pada saat sahur. Makna yang terkandung dalam tradisi <em>hepatirangga </em>adalah, makna melepas <em>patirangga </em>menjelang sahur,mempererat tali persudaraan, sebagai media penghubung dengan leluhur seperti keindahan/estetika, nilai solidaritas (kebersamaan), dan nilai budaya religius</p> 2023-05-25T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya https://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani/article/view/2142 MAKNA TRADISI POMBALEANA BANGKA OLEH MASYARAKAT BUTON DI DESA LABUAN BEROPA KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN 2023-08-08T07:35:26+00:00 Meldawati meldaphanbo07@gmail.com La Niampe lniampe66@gmail.com Rahmat Sewa Suraya mhat_suraya@yahoo.co.id Samsul mhat_suraya@yahoo.co.id <p>Tradisi <em>Pombaleana Bangka</em> yaitu tradisi penurunan kapal yang baru selesai di buat oleh tukang dan siap untuk digunakan, tradisi <em>Pombaleana Bangka</em> ini merupakan ungkapan rasa syukur dari masyarakat buton yang berada di Desa Labuan Beropa karena sudah diberi rezeki oleh yang Maha Kuasa sekaligus sebagai permohonan agar diberi keselamatan saat menggunakan kapal. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Labuan Beropa Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan proses dan makna yang terdapat dalam tradisi <em>Pombaleana Bangka</em>. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data melalui studi, dokumen,wawancara mendalam serta observasi langsung. Penentuan informan menggunakan <em>purposive sampling.</em> Informan dalam penelitian ini yaitu tukang kapal, tokoh agama orang tua kampung dan beberapa masyarakat yang mengetahui tradisi <em>bombaleanan bangka</em>. Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) proses pelaksanaan tradisi <em>Pombaleana Bangka</em> terdiri dari beberapa tahapan yaitu, pertama <em>patantuanan oeo malape </em>atau penentuan hari baik, kedua <em>bhatata pebahona Bangka</em> atau niat memandikan perahu, ketiga <em>bubusina masina</em> memandikan mesin, keempat <em>toloena loka, baana manu te aena manu</em> atau menggantungkan pisang, kepala dan kaki ayam, kelima <em>pasapona bangka</em> atau menurunkan kapal, keenam <em>haroa</em> atau berdoa dan ke tujuh <em>pekande-kande</em> atau makan-makan bersama.(2) dalam tradisi <em>Pombaleana Bangka</em> mengandung makna dari material dan makna nilai-nilai dari setiap prosesnya.</p> 2023-05-25T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya https://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani/article/view/2143 TRADISI MAPPAROLA PADA MASYARAKAT BUGIS DI KELURAHAN WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE 2023-08-08T07:46:52+00:00 Musfira musfiraarfina@gmail.com La Niampe lniampe66@gmail.com Nurtikawati nurtikawatika@gmail.com Wa Kuasa Baka nurtikawatika@gmail.com <p>Tradisi <em>Mapparola </em>yang dilakukan pada masyarakat Bugis berbeda dengan tradisi suku-suku lain, Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yaitu bagaimana proses dan fungsi tradisi <em>Mapparola </em>pada masyarakat Bugis di Kelurahan Wawotobi Kabupaten Konawe dengan menganalisis dan mendeskripsikan data tradisi tradisi tersebut. Tradisi <em>mapparola </em>merupakan salah satu rangkaian prosesi dalam adat pernikahan suku Bugis yang dilaksanakan setelah prosesi akad nikah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelititan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi (pengamatan), wawancara mendalam dan studi dokumen. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara <em>purposivesampling</em>. Teknik analisis data menggunakan tiga tahap, yaitu (1) reduksi data <em>(data reducation)</em>; (2) paparan data <em>(data display); </em>(3) penarikan kesimpulan/verifikasi <em>(conclusion drawing/verifwing). </em>Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prosesi <em>Mapparola </em>pelaksanaan tradisi <em>mapparola </em>masih dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan yang diwarikan turun-temurun. Sedangkan fungsi yang termuat dalam tradisi tersebut meliputi; <em>The Funcioning Whole </em>(menyatakan fungsi <em>mapparola </em>sebagai integrasi keseluruhan masyarakat tribe)<em>, Fungsi Terhadap Sistem </em>(berfungsi atas kesatuan sistem politik, budaya, ekonomi, dll)<em>, dan&nbsp; Fungsi sosiologis dan biologi </em>(pelestarian budaya tidak hanya atas warisan biologis, tapi warisan sosilogis <em>mapparola </em>juga sangat mempengaruhi).</p> 2023-05-25T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya https://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani/article/view/2144 KOMODIFIKASI PAKAIAN ADAT KABHANTAPI DALAM TRADISI PERNIKAHAN DI KECAMATAN TIKEP KABUPATEN MUNA BARAT 2023-08-08T08:19:43+00:00 Titin Hartini titinhartini367@gmail.com Rahmat Sewa Suraya mhat_suraya@yahoo.co.id La Ode Marhini marhinilaode@gmail.com <p>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk penggunaan <em>kabhantapi</em> dalam tradisi pernikahan di Kecamatan Tikep Kabupaten Muna Barat dan menguraikan komodifikasi <em>kabhantapi </em>dalam tradisi pernikahan Kecamatan Tikep Kabupaten Muna Barat. Teori yang digunakan penelitian ini adalah teori perubahan kebudayaan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk 1) Penggunaan <em>kabhantapi </em>dalam tradisi pernikahan terdiri atas tiga lapisan, lapisan pertama disebut <em>hamamu, </em>lapisan kedua yaitu <em>bheta wuna, </em>dan lapisan ketiga yaitu <em>salenda.</em>2) penggunaan <em>kabhantapi </em>mengalami komodifikasi dari segi model dan segi penggunaan sarung. Komodifikasi <em>kabhantapi </em>juga menjadi sumber pendapatan masyarakat.</p> 2023-05-25T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya https://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani/article/view/2164 PERAN TRADISI PEAMBO BAGI KEHIDUPAN ANAK DI DESA PEBAOA KECAMATAN KULISUSU UTARA KABUPATEN BUTON UTARA 2023-08-14T04:03:13+00:00 Veni Gusniar venia4820@gmail.com La Niampe lniampe66@gmail.com Wahyu Rustiani Komang k2jm.tradisilisan@uho.ac.id <p>Permasalahan dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana proses pelaksanaan tradisi <em>Peambo</em> pada bayi di Desa Pebaoa Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara?, (2) Fungsi apa yang terdapat dalam&nbsp; tradisi <em>Peambo </em>bagi masyarakat Desa Pebaoa Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara?, (3) Makna apa yang terkandung didalam tradisi <em>Peambo</em> bagi masyarakat Desa Pebaoa Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara?. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara langsung serta dokumentasi. &nbsp;Penentuan informan ditentukan secara <em>purposive sampling</em>. Teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tradisi <em>Peambo</em> merupakan salah satu tradisi yang masih dipercayai oleh masyarakat lokal, dalam melakukan pencukuran rambut bayi. Tradisi <em>Peambo </em>masih di pegang teguh oleh masyarakat lokal karena memiliki makna sebagai pembersih jiwa raga bagi bayi yang baru lahir dengan usia delapan atau empat puluh hari. Pada masyarakat dulu, dalam melakukan ritual <em>Peambo</em> meng gundul bersih rambut si bayi pada saat proses ritual <em>Peambo</em>. Dan peran tradisi <em>Peambo</em> ini adalah sebagai berikut: (1) Sebagai bentuk pembersih jiwa anak, (2) Berperan Sebagai Penyembuh Penyakit Bawaan,&nbsp; (3) Berperan Sebagai Pengenalan Budaya Pada Anak di Desa Pebaoa (4) Berperan Sebagai Pengenalan Agama Islam Kepada Anak di Desa Pebaoa. Fungsi tradisi <em>Peambo</em> bagi masyarakat yaitu berfungsi sebagai pemererat rasa kekeluargaan dan rasa persaudaraan serta rasa saling membantu satu sama lain antar sesama masyarakat. Makna tradisi <em>Peambo</em> bagi masyarakat adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang <em>Maha Esa</em> yang telah mengaruniai keturunan kepada penyelenggara <em>Peambo</em>, memberi keselamatan bagi bayi dan ibu dari bayi tersebut, sehingga masyarakat melaksanakan tradisi ini. Proses pelaksanaan tradisi <em>Peambo</em> terdiri dari (1) Tahap persiapan ritual yaitu mengumpulkan alat-alat dan bahan dan musyawarah dalam proses pelaksanaan <em>Peambo</em>, (2) Tahap pelaksanaan ritual yaitu <em>pobaca’a dho’a, haroa dhulano ana, pompaheia karuno ana, molawa ana, haroa dho’a salama</em> (3) Tahap penutup</p> 2023-05-25T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya https://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani/article/view/2205 PENGOBATAN TRADISIONAL KAPUNTORI DI DESA LABONE KECAMATAN LASALEPA KABUPATEN MUNA 2023-08-31T05:48:21+00:00 Boymin boyminwardhani256@gmail.com Syahrun boyminwardhani256@gmail.com Rahmat Sewa Suraya mhat_suraya@yahoo.co.id <p>Kapuntori adalah suatu metode alternatif yang dipercaya oleh masyarakat Muna sebagai pengobatan untuk mencapai hajat seseorang . Pengobatan ini menyebar di kalangan Masyarakat Muna melalui proses pewarisan turun temurun oleh para leluhur. Adapun tujuN pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana bentuk dan fungsi pengobatan tradisional tradisional Kapuntori pada masyarakat Muna di Desa Labone Kecamatan Lasalepa. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pengumpulan melalui observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan cara mendengarkan hasil wawancara, menulis transkrip wawancara, memilah data, dan mencari relasi antar fungsi berdasarkan teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh Malinowski. Bentuk<br>pengobatan tradisonal Kapuntori yang dilakukan oleh Bhisa di Desa Labone Kecamatan Lasalepa mempunyai bentuk tertentu seperti penggunaan media air yang berfungsi mendinginkan dan mudah diserap oleh tubuh serta dipercaya dapat masuk kesela-sela kulit maupun tulang yang ada dalam tubuh. Dengan demikian, doa yang ditiupkan ke dalam air bisa langsung diserap oleh tubuh sehingga cepat membawa kesembuhan. Pengobatan ini juga menggunakan beberapa daun tumbuhan herbal yaitu Karuku. Pengobatan Kapuntori memiliki fungsi sugesti yang bermaksud memberi pengaruh atau pandangan dari satu pihak (dukun) ke pada pihak lain (pasien), akibatnya pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh atau pandangan tersebut dan menerimanya secara langsung baik secara sadar maupun secara tidak sadar. Pengobatan ini juga bermaksud mengharapkan kesembuhan dari Allah SWT melalui perantara orang yang dapat menyembuhkan penyakit (Bhisa).</p> 2023-05-25T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2023 LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya