TRADISI BHANTI-BHANTI: ESKPRESI SEKSUALITAS SETENGAH HATI
Keywords:
tradisi, bhanti-bhanti, ekspresi, seksualitas, setengah hatiAbstract
Bhanti-bhanti merupakan tradisi lisan masyarakat Wakatobi yang menjadi ruang ekspresi berbagai perasaan, pikiran masyarakat pendukungnya. Sebagai ruang ekpresi individual dan kultural, bhanti-bhanti dapat saja merefleksikan hasrat-hasrat pribadi dari seorang pelantun, tetapi di sisi yang lain, tradisi bhanti-bhanti menjadi ruang pembelajaran nilai-nilai kultural yang menekan ekspresi individul tentang seks.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan etnografi, sehingga pengambilan dan pengolahan data, dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip etnografi. Ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman masyaarakat mengenai kebudayaan mereka sendiri.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, (1) pementasan Tradisi bhanti-bhanti sebagai ruang ekspresi seksualitas yang khas, (2) pementasan dan kontrol kultural yang mereduksi ekspresi-ekspresi seksualitas, (3) pementasan tradisi bhanti-bhanti sebagai ruang ekspresi seksualitas setengah hati.
Kata Kunci: tradisi, bhanti-bhanti, ekspresi, seksualitas, setengah hati
References
Abdullah, Irwan. 2001. Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan. Yogyakarta: Tarawang Press.
Asrif. 2015. Tradisi Lisan Kabhanti :Teks, Konteks dan Fungsi. Jakarta: Disertasi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Bourdieu. P. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge: Cambridge University Press.
Budiman, Kris. 2009. “Memaknai “Vagina Brokat†dalam Konteks Performans: Sepenggal Adegan dari Opera Jawa dalam Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Kontemporer (Ed. Irwan Abdullah dan Wening Udasmoro). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cassirer, Ernst. 1987. Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esensi Tentang Manusia (diterjemahkan Oleh Alois A. Nugroho. Jakarta: PT. Gramedia.
Fine, Elizabeth. C. 1994. The Folklore Text. Bloomington and Indianapolis: Indiana University Press.
Irwan, Abdullah. 2009. Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
La Ode Taalami. 2008. Mengenal Kebudayaan Wakatobi. Jakarta: Granada.
Mbaru, La Rabu. 2016. Tuladha Tapetape: Peradaban Binongko Wakatobi Buton. Kendari - Yogyakarta: Penerbit Oceania Press.
Ratna, Nyoman Kunta. 2008. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosdin, Ali. 2002. Kaluku Panda: Telaah Filologis Naskah Wolio. Bandung: Tesis Pascasarjana Universitas Pajajaran.
Turner, Victor. 1985. The Ritual Process: Structure and Anti-Structure. Ithac a, New York: Cornell University Press.
Udu, Sumiman. 2009. “Konsep Seks Masyarakat Buton†dalam Naskah Buton Naskah Dunia: Prosiding Simposium Internasional IX Pernaskahan Nusantara di Kota Bau-Bau (Ed. M. Yusran Darmawan). Bau-Bau: Penerbit Respect.
Udu, Sumiman. 2010. Perempuan dalam Kabhanti: Tinjauan Sosiofeminis. Yogyakarta: Penerbit Diandra.
Udu, Sumiman. 2015. “Sastra Lisan Kabhanti: Memori Kolektif Masyarakat Wakatobi dari Masa Ke Masa†Dalam Sastra Kita: Kini, Dulu Dan Nati. Bandung: Unpad Press. Hlm. 144-162.
Udu, Sumiman. 2015. “Tradisi Lisan Bhanti-bhanti sebagai Media Komunikasi Kultural dalam Masyarakat Wakatobi†dalam Humaniora Vol. 27. No. 1 Februari 2015, hlm 53-66.
Udu, Sumiman. 2016. “Seksualitas dalam Tradisi Bhanti-bhanti: Antara Tekanan Kultural dan Kebebasan Ekspresi†dalam Prosidings International Conference on Language, culture and Society (ICLCS) (editors: Katubi dan Imelda). Jakarta: Lembapa Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Hlm 945-955.
Zuhdi, Susanto, dkk.. 1996. Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara: Kesultanan Buton. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.