RITUAL KAPONTASU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRANSENDENTAL DALAM BERCOCOK TANAM PADI LADANG MASYARAKAT ETNIK MUNA
Keywords:
Ritual Kapontasu, communication transcendental, meaning, ethnic communities MunaAbstract
This paper aims to analyze the meaning contained in the rituals kapontasu relation to the transcendental form of communication bhatata (mantra), offerings and materials contained therein.
Meaning contained in the rituals kapontasu relation to communication transendetal on ethnic communities Muna is composed of two namely; First, the meaning of the symbol of material in the form of material offerings, and the meaning of the symbol of non-material form falia (abstinence) and bhatata (mantra).
Transcendental form of communication in kapontasu ritual, namely: the source or the communicator is God and man (Parika), Elements is the message delivered in the form of a prayer / mantra. The medium used is the traditional form of verbal communication in the form of verbal (language / bhatata) and nonverbal (gestures). Receiver element is equal to the source, in which God and supernatural powers, and the man who serves as a reciprocal source and receiver. For those human effects felt was answered prayer or inner peace, while the message of God and supernatural forces could give birth to a human obedience in executing orders and avoid restrictions or prohibitions.
Keywords: Ritual Kapontasu, communication transcendental, meaning, ethnic communities Muna
References
Gea, Antonius Atoshoki, dkk. 2004. Character Building III: Relasi dengan Tuhan. Jakarta: Gramedia.
Hardin. 2012. Ritual Kapontasu pada Masyarakat Petani Padi Ladang Etnik Muna di Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. .Tesis di Program Studi Magister (S2) Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak diterbitkan.
Hardin. 2016. Komunikasi Transendental pada Ritual Kapontasu dalam Sistem Perladangan Etnik Muna. Vol. 20 No.1, Juni 2016. Manado: BPPKI Manado.
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 20 No.1, Juni 2016: 63-82
Ibrahim, MS. dkk. 2012. Pantang Larang Melayu Kalimantan Barat. Pontianak: STAIN Press.
Jorgensen, Marianne W. dan Louise J. Phillips. 2007. Analisis Wacana, Teori dan Metode (Imam Suyitno, Lilik Suyitno, dan Suwarna, Pentj.). Jakarta: Pustaka Pelajar.
Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung: Widya Padjadjaran.
Maleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Posdakarya
Mulyana, Deddy. 1999. Nuansa-Nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mutoyib. 1994. Globalisasi Kebudayaan dan Ketahanan Ideologi dalam forum Diskusi Filsafat UGM. Yogyakarta: Adetya Media
Ningsih. Sri. Pantang Larang dan Pemaknaannya. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional di FKIP Universitas Negeri Jember 11 November 2013.
Padje, Gud Recht Hayat. 2008. Komunikasi Kontemporer: Strategi, Konsepsi, dan Sejarah. Kupang: Universitas PGRI.
Palapah, M.O. dan Atang Syamsudin. 1983. Studi Ilmu Komunikasi. Bandung: UNPAD
Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural studies representasi Fiksi dan Fakta Cetakan Kesatu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Storey, John, 2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop Pengantar Kompherensif Teori dan Metode. Penerjemah Layli Rahmawati. Yogyakara: Jalasutra.
Sumaria. 2013. Bentuk dan Makna Mantra Kapontasu pada Masyarakat Petani Padi Ladang di Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna. Skripsi. Universitas Halu Oleo: Tidak diterbitkan.
Suraya, Rahmat Sewa. 2011. “Kearifan Lokal Tradisi Tradisi kasalasa dalam Perladangan Berpindah pada Komunitas Etnik Muna Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara†Hasil penelitian di Program Magister (S2) Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak diterbitkan.
Santoso, Rumaliadi Agus dkk 2014. Analisis Pesan Moral dalam Komunikasi Tradisional Mappanretasi Masyarakat Suku Bugis Pagatan, dalam Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan, Vol. 18 No. 3, Oktober 2014. Banjarmasin: BPPKI Banjarmasin.