PRONOMINA DIALEK JATON SEBAGAI FITUR BAHASA DAERAH DI MINAHASA
Keywords:
.Abstract
Masyarakat Kampung Jawa Tondano lahir dari rombongan Kyai Modjo dan perkawinan dengan wanita-wanita asli Minahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat kampung Jawa Tondano saat ini sudah menjadi "Etnis Masyarakat Minahasa". Untuk menjalin hubungan dengan penduduk setempat tentunya bahasa sangat memegang peranan yang penting. Orang Kampung Jawa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Tondano campuran bahasa Jawa, sehingga mereka dapat menciptakan dialek tersendiri yakni gabungan bahasa Tondano dan bahasa Jawa yang melahirkan Dialek Jawa Tondano atau . dialek Jaton. Penduduk kampung Jaton selama ini tidak berpikir kalau mereka bukan orang Minahasa
Masyarakat tanah Minahasa atau Sulawesi Utara umumnya tak mau lagi berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa asli Minahasa atau Sulawesi Utara, karena kebanyakan masya rakat Minahasa sekarang ini sudah tidak peduli lagi dengan bahasa asli tanah Minahasa. Faktanya sekarang ini masyarakat Minahasa lebih sering menggunakan bahasa Melayu- Manado. Hanya tinggal orang – orang tua (opa/oma) yang masih menggunakan bahasa asli Minahasa. Hal ini terjadi juga pada masyarakat Jaton di Tondano. Melalui makalah ini peneliti ingin memperke
nalkan “Pronomina Dialek Jaton sebagai Fitur Bahasa Daerah Di Minahasa†yang tentu saja memiliki pengaruh dari bahasa Austronesia.
Kesimpulan, dialek Jaton memiliki kesamaan pronomina seperti pronomina dalam bahasa Indonesia yang mencakupi: pronomina persona, pronomina posesif, pronomina demonstratif, pronomina relatif, pronomina interogatif, pronomina intermeinatif, pronomina sapaan dan istilah kekeluargaan atau kata kekerabatan. Perbedaannya adalah: Pada pronomina orang ketiga baik tunggal maupun jamak selalu diawali dengan kata sandang Si. Pada kata ganti empunya/ pronomina posesif, kata benda berubah setelah dijadikan pronomina posesif/ empunya. Dialek Jaton tidak mengenal kata ganti penghubung untuk merangkaikan kata benda yang dimaksud pada kata awal
References
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Graafland, N. Minahasa: Negeri, Rakyat dan Budayanya. Jakarta; PT Pustaka Utama Grafiti. 1991.
Hasna, Latief N. Suatu Tinjauan Historis Tentang Keturunan Kyai Modjo di Minahasa. FKIS / IKIP Manado, 1972.
Keraf Gorys, 1982. Tatabahasa Indonesia, Ende Flores: Nuasa Indah.
Lisangan J V.Perjuangan Pemuda Indonesia Minahasa Manado. Yayasan Wongken Werun. 1995.
Manuhutu, E. Timbulnya Kombinasi yang Harmonis antara Unsur-Unsur Kebudayaan Minahasa dan Jawa sejak Abad XV, dalam Yapenra, nomor II tahun III Pebruari, 1976.
Ramlan, M., 1980. Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi, Yogyakarta: U. P. Karyono.
Samsuri. 1981. Analisis Bahasa, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Yasin, Sulchan. 1988. Tinjauan Deskriptif Seputar Morfologi. Surabaya: Usaha Nasional.
Yayasan Kyai Modjo. Pengikut-Pengikut Pangeran Diponegoro dan Kyai Modjo di Sulawesi Utara, Manado: Yayasan Kyai Modjo, 1977