https://journal.fib.uho.ac.id/index.php/sorume/issue/feedSorume: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya2023-09-22T00:00:00+00:00Faika Burhanfaikaburhan19@gmail.comOpen Journal Systems<p><strong>SORUME: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya</strong> merupakan jurnal yang memuat hasil penelitian civitas akademika dengan konsentrasi keilmuan di bidang sejarah dan budaya. Jurnal Sorume dirancang untuk menjadi etalase hasil penelitian dosen-dosen dan mahasiswa. Etalase hasil penelitian ini nantinya diharapkan menghidupkan suasana akademik melalui berbagai temuan di bidang sejarah khususnya dan humaniora pada umumnya. Jurnal Sorume terbit perdana pada bulan April Tahun 2023.</p>https://journal.fib.uho.ac.id/index.php/sorume/article/view/2255PERJUANGAN MAHASENG S. HASAN (MUHSEN HASAN) DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA DI KENDARI, SULAWESI TENGGARA:1945-19502023-09-16T14:08:30+00:00Samsidar SamsidarSamsidar11131998@gmail.comBasrin Melambamelambabasrin@uho.ac.idHisna HisnaHisna1993@gmail.com<p>Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan profil Mahaseng S. Hasan dan perjuangannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Kendari pada 1945-1950. Selain itu juga akan menguraikan nilai-nilai perjuangan Mahaseng S. Hasan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Kendari pada 1945-1950. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari lima tahapan kerja sebagai berikut: <em>pertama</em>, pemilihan topik, <em>kedua</em>, pengumpulan sumber, <em>ketiga</em>, kritik sumber, <em>ke empat</em>, interpretasi sumber, <em>kelima</em>, historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Mahaseng S. Hasan lahir di Kendari pada tanggal 31 Desembar 1925, dan wafat ditempat yang sama yakni tanggal 2 Juli 1950. Ia anak dari pasangan Sceh Hasan dan Siti Hania. Alasan Mahaseng S. Hasan pada masa itu melakukan pergerakan di Kendari, karena melihat pahitnya penjajahan yang dilakukan kolonial terhadap keluarga dan kerabat seperjuangannya. Mereka diintimidasi dan difitnah oleh pemerintah kolonial. Olehnya itu muncul jiwa nasionalisme dan patriotism pada Mahaseng S. Hasan untuk melakukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia tepatnya di Kendari. Bentuk perjuangannya dilakukan secara fisik dan non fisik. Dampak positif dari perjuangan tersebut, dapat dirasakan oleh masyarakat pribumi (Kendari) di masa itu. Berkat perjuangaanya, masyarakat Kendari mulai hidup tenteram dan tidak mendapat gangguan lagi dari penjajah KNIL. Bahkan KNIL mulai tidak nyaman dengan aksi-aksi heroik yang dilakukan Mahaseng S. Hasan Dalam perjuangan kemerdekaan, Mahaseng S. Hasan selalu memiliki keyakinan yang kokoh dan kuat serta rela mengorbankan dirinya demi keluarga khususnya dan masyarakat Kendari pada umumnya.</p>2023-08-20T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Sorume: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budayahttps://journal.fib.uho.ac.id/index.php/sorume/article/view/2253SEJARAH TARI KADANDIO DI DESA TIMU KECAMATAN TOMIA TIMUR KABUPATEN WAKATOBI: 1960-20182023-09-16T13:41:29+00:00Ul Husna Ul HusnaUlhusnahasrun1105@gmail.comAli Hadaraalihadara@uho.ac.idHayari Hayarihayari@uho.ac.id<p>Penelitian ini membahas “Sejarah Tari Kadandio di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi 1960-2018”. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menjelaskan munculnya tari Kadandio di Desa Timu pada tahun 1960-2018, (2) menjelaskan proses pelaksanaan tari Kadandio pada masyarakat Desa Timu (3) mengungkapkan fungsi yang terkandung dalam Tari Kadandio. Penelitian ini mengunakan metode sejarah dengan tahapan-tahapan kerja sebagai berikut (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Kritik sumber, (4) Interpretasi sumber, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Latar Belakang Tari Kadandio ini diperkirkan muncul pada abad ke-18. Tari Kadandio awalnya dilakukan oleh gadis-gadis yang akan melangsungkan sebuah pernikahan. Dahulu dilakukan oleh penduduk daerah Pulau Tomia khususnya di Desa Timu Tari Kadandio yaitu berasal dari Pulau Buton dan dikembangkan Oleh La Ode Muslihi. Selanjutnya tari ini mulai dikenal di Pulau Tomia khususnya di Desa Timu. Tari Kadandio ini pertama di lakukan untuk mempersatukan empat wilayah setempat khususnya Desa Timu, Dete, Kulati, Lagole, dan Runduma. Awalnya Masyarakat Timu menampilkan tarian agar masyarakat desa lain datang menyaksikan pertunjukan yang diselenggarakan oleh Masyarakat setemapt. Pertama kali Tari Kadandio diperkenalkan oleh La Ode Mbau dan kemudian dilanjutkan H. La Ode Abdul Hadi (imam Distrik Tombino). Setelah La Ode Mbau meninggal diwariskan kepada anaknya La Ode Muslihi (2) Proses pelaksanaan Tari Kadandio merupakan kebiasaan Masyarakat Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi pada saat akan menyambut tamu yang berkunjung di Pulau Tomia atau ada acara festival dan wanita yang akan melansungkan pernikahan. Tari ini merupakan warisan leluhur dari nenek moyang untuk diteruskan kepada generasi selanjutnya dan harus dilaksanakan serta dijaga kelestariannya. Tari Kadandio merupakan tarian yang dibawakan oleh para penari wanita dengan jumlah penari terdiri dari 8 orang atau lebih. Namun untuk jumlah penari biasanya terdiri dari 12 orang. (3) fungsi tari adalah sebagai media pengenalan budaya dan wisata sejarah yang ada di Desa Timu.</p>2023-08-20T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Sorume: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budayahttps://journal.fib.uho.ac.id/index.php/sorume/article/view/2244SEJARAH KEDATANGAN ORANG BUGIS BONE DI DESA PALLIMAE KECAMATAN POLEANG KABUPATEN BOMBANA: 1905 – 20192023-09-14T01:00:49+00:00Rafi Rafirafi6@gmail.comLa Ode Ali Basribasri.uho74@gmail.comFaika Burhanfaikaburhan85@uho.ac.id<p>Penelitian ini bertujuan (1) Untuk menjelaskan proses kedatangan orang Bugis Bone di Desa Pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana.(2) Untuk mejelaskan Faktor-faktor yang menyebabkan orang Bugis Bone melalukan migrasi ke Desa Pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. Penelitian ini menggunakan metode sejarah menurut Kuntowijoyo, dengan melalui lima tahapan sebagai berikut (1) Pemilihan Topik, (2) Heuristik (Pengumpulan Sumber), (3) Verifikasi (Kritik Sumber), (4) Interpretasi (Analisis dan sintesis), dan(5) Historiografi (Penulisan Sejarah). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Orang Bugis melakukan migrasi ke Desa Pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana pada tahun 1905. Orang Bugis Bone dari Sulawesi Selatan yang bermigrasi awalnya hanya berjumlah lima orang. Pada saat itu mereka membuka lahan perkebunan untuk memulai bercocok tanam. Proses migrasi orang Bugis Bone di Desa Pallimae dilakukan secara bertahap, melalui tahap meninjau lokasi selama 1-3 tahun, kemudian mencoba berbaur dengan masyarakat asli setempat selanjutnya memastikan lokasi yang cocok untuk dijadikan tempat tinggal dan menetap. (2) Faktor-faktor menyebabkan orang Bugis Bone melakukan migrasi di Desa Pallimaae yaitu kondisi geografis dan potensi alam yang terdapat di Desa Pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. Hal tersebut berdampak pada penghasilan masyarakat melalui sektor pertanian, perkebunan dan perdagangan sehingga mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari serta meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.</p>2023-08-20T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Sorume: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budayahttps://journal.fib.uho.ac.id/index.php/sorume/article/view/2256SEJARAH TARI MODINGGU DI KELURAHAN WANGGUDU KECAMATAN ASERA KABUPATEN KONAWE UTARA: 1984-20182023-09-16T14:19:00+00:00Dean Saputradeansaputra608@gmai.comAswati Mukadasaswati@uho.ac.idFatma Fatmafatmasaudo88@gmail.com<p>Penelitian ini mengkaji tentang Sejarah Tari Modinggu di Kelurahan Wanggudu Kecamatan Asera Kabupaten Konawe Utara. Penelitian ini bertujuan untuk: <em>Pertama</em>, Menjelaskan latar belakang sejarah lahirnya tari <em>Modinggu</em> pada Tolaki di Kelurahan Wanggudu Kecamatan masyarakat Asera Kabupaten Konawe Utara. <em>Kedua</em>, menjelaskan proses pelaksanaan tari <em>Modinggu</em> pada masyarakat Tolaki di Kelurahan Wanggudu Kecamatan Asera Kabupaten Konawe Utara. <em>Ketiga</em>, menjelaskan perubahan tari <em>Modinggu</em> pada masyarakat Tolaki di Kelurahan Wanggudu Kecamatan Asera Kabupaten Konawe Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan lima tahapan yaitu (1) Pemilihan Topik, (2) Pengumpulan Sumber, (3) Kritik Sumber, (4) Interpretasi Sumber, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; <em>Pertama</em>, Tarian ini berawal dari kebiasaan masyarakat Tolaki untuk mengadakan aktivitas panen padi bersama-sama atau bergotong royong, mulai dari proses penanaman, menjaga, membersihkan, memanen, mengangkat, dan menjemur padi. Setelah semua padi terkumpul lalu diadakan <em>Modinggu</em>, yaitu semacam kegiatan menumbuk padi secara masal yang dilakukan oleh para muda-mudi. <em>Kedua</em>, Dalam pertunjukan Tari <em>Modinggu</em> biasanya terdapat beberapa babak yang menggambarkan aktivitas para petani saat panen. Diawali dengan babak yang menggambarkan para petani membawa padi, lalu dilanjutkan dengan proses penyimpanan padi yang akan ditumbuk. Kemudian dilanjutkan dengan babak menumbuk padi dan diakhiri dengan gerakan <em>Lulo</em>. <em>Ketiga</em>, Perubahan Tari <em>Modinggu </em>pada masyarakat Tolaki di Kelurahan Wanggudu, Kecamatan Asera, Kabupaten Konawe Utara, mulai dari segi pakaian, perlengkapan, tempat, maupun proses pelaksanaannya. Berbagai kreasi dan variasi juga sering ditambahkan dalam setiap pertunjukannya agar terlihat menarik namun tidak menghilangkan ciri khasnya. Tari <em>Modinggu</em> kini juga sering ditampilkan di berbagai acara seperti acara penyambutan, pesta rakyat, pertunjukan seni, dan festival budaya</p>2023-08-20T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Sorume: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budayahttps://journal.fib.uho.ac.id/index.php/sorume/article/view/2254SARANO WUNA PADA MASA PEMERINTAHAN LA ODE SAETE: 1799-18302023-09-16T13:57:41+00:00Nofi YantiNhoppiong13@gmail.comAslim Aslimaslim_uho@yahoo.comSarman Sarmansarman.jaya45@gmail.com<p>Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kedudukan Sarano Wuna di Kerajaan Muna (2) Mengetahui faktor penyebab penolakan Sarano Wuna terhadap pengangkatan La Ode Wita sebagai Raja Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Adapun tahapannya yaitu: (1) Pemilihan Topik (2) Heuristik Sumber (3) Verifikasi Sumber (4) Interpretasi Sumber (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kedudukan Sarano Wuna di Keeajaan Muna untuk mendampingi Raja Muna dan Bhonto Bhalano dalam pemerintahan serta memberi nasihat. Dalam musyawarah bersama, mereka menyelesaikan semua perkara dalam negeri yang tidak dapat atau tidak boleh diurus oleh pejabat yang lebih rendah terutama di bidang adat. Sarano Wuna berwenang dalam beberapa hal, yaitu emilihan Lakina Wuna, pemilihan semua kepala adat sampai derajat Mieno dan Kapitalao, pengadilan, pemberian izin kepada pedagang asing, memberikan keputusan banding perkara yang diajukan oleh masyarakat. (2) Faktor penyebab La Ode Wita ditolak di Keraan Muna karena La Ode Wita merupakan Kapitalao Kamaru di Buton yang merupakan aliran bangsawan Kumbeweha yang ke-7 dan bukan keturunan raja di Kerajaan Muna yang diusulkan oleh Belanda. Faktor lain yang menyebabkan Sarano Wuna menolak pengangkatan La Ode Wita sebagai raja di Kerajaan Muna yaitu karena Kerajaan Muna tidak ingin bekerja sama dengan Belanda.</p>2023-08-20T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Sorume: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budayahttps://journal.fib.uho.ac.id/index.php/sorume/article/view/2251PERAN WANITA PENGRAJIN KASUR DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN EKONOMI KELUARGA DI DESA KONTUMERE KECAMATAN KABAWO KABUPATEN MUNA :1984-20182023-09-16T13:26:19+00:00Asriani Asrianiasrianiss07@gmail.comHasni Hasanhasnihasan@yahoo.comSuharni Suddinsuharnihistory44@yahoo.com<p>Penelitian ini membahas “Peran Wanita Pengrajin Kasur dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Keluarga di Desa Kontumere Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna: 1984-2018”. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menjelaskan peran kaum wanita di Desa Kontumere menjadi pekerja pengrajin kasur (2) mendeskripsikan perubahan sosial ekonomi keluarga wanita pengrajin kasur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari lima tahapan yaitu: (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Verifikasi sumber, (4) Interpretasi sumber, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kaum wanita di Desa Kontumere menjadi pengrajin kasur disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: pendapatan suami yang rendah, adanya waktu luang yang dimiliki oleh ibu rumah tangga, tingkat pendidikan yang sangat rendah, desakan ekonomi dalam keluarga, kesuburan tanah yang rendah, dan jumlah tanggungan keluarga yang tinggi. (2) Kondisi sosial ekonomi keluarga wanita pengrajin kasur terdiri atas dua periode: pertama, kondisi sosial ekonomi periode 1984-2003 yakni sebelum bekerja sebagai pengrajin kasur, kaum wanita di Desa Kontumere bekerja sebagai petani. Namun kondisi sosial ekonomi keluarga kaum wanita ketika menjadi petani terbatas disebabkan kondisi tanah yang tidak subur. Setelah beralih menjadi pengrajin kasur, kaum wanita masih menghadapi kendala, seperti panas, beban yang berat, dan kendala pemasaran. Kedua, kondisi sosial ekonomi periode 2004-2018 telah mengalami perubahan, baik itu kondisi sosial maupun kondisi ekonomi. Hal ini terlihat dari kondisi sosial kaum wanita di Desa Kontumere semakin membaik; segi pendidikan, kesehatan, dan pola interaksi sosialnya. Secara perlahan kebutuhan ekonomi keluarga wanita pengrajin kasur di Desa Kontumere semakin terpenuhi dalam aspek pendidikan serta kesejahteraan keluarga.</p>2023-08-20T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Sorume: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budayahttps://journal.fib.uho.ac.id/index.php/sorume/article/view/2243EKSISTENSI TRADISI DAN BUDAYA MASYARAKAT BALI TRANSMIGRAN DI DESA JATI BALI KECAMATAN RANOMEETO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN2023-09-14T00:49:48+00:00Syahrun Syahrunsyahrun@uho.ac.id<p>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksistensi tradisi dan budaya Masyarakat Bali tranmigran di Desa Jati Bali Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yakni penelitian lapangan yang dengan teknik deskriptif analitik. Subjek dan objek penelitian ditentukan melalui teknik pursposive sampling, yakni memilih narasumber yang dianggap dapat mewakili keseluruhan masyarakat. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, studi kepustakaan, studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat transmigran Bali di Desa Jati Bali masih berusaha mempertahankan tradisi dan budaya Bali dalam berbagai aspek, antara lain system kepercayaan, upacara keagamaan dalam berbagai kegiatan hari perayaan, sistem kekerabatan, dan upacara kematian. Adapun perubahan yang mempengaruhi pola kehidupan Masyarakat transmigrant di Desa Jati Bali yakni coral arsitektur pemukiman dan perkawinan campuran. Meski demikian, perubahan-perubahan yang melingkupi masyarakat tidak melunturkan eksistensi tradisi dan budaya masyarakat sebagai etnis Bali.</p>2023-08-20T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Sorume: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya